Sibling Rivalry: Ketika Kakak Adik Saling Berebut Perhatian
Pagi ini kembali si kakak mendorong adiknya hingga
jatuh terduduk dan menangis. Si kakak ingin meminta mainan yang
dipegang adiknya, namun tidak dikasih. Lantas direbutlah mainan itu dan
si adik di dorong. Entah kenapa, dari kemarin si kakak hobby banget
merebut mainan adiknya. Padahal biasanya, dia selalu mengajak adiknya
untuk bertukar mainan. Memberikan mainan yang sedang dipegangnya pada
adiknya lalu meminta mainan yang dipegang adiknya, jika dia merasa lebih
tertarik pada mainan yang dipegang adiknya. Wah, pasti ada sesuatu yang
tak beres, demikian saya menduga.
Jika saya bela si adik dengan membantunya bangun lantas menggendongnya,
maka si kakak segera meletakkan mainan yang direbutnya tadi, lantas
mengangkat kedua tangannya minta di gendong juga. Wah, mana kuat gendong
dua anak. Saya bujuk si kakak agar bergantian aja gendongnya, nunggu si
adik diam dan tenang dulu. Eh, malah si kakak yang nangis (atau
pura-pura nangis) sambil menghentakkan kakinya di lantai. Maka di
mulailah episode perebutan mama. Perebutan perhatian. Sibling rivalry.
***
Sibling rivalry adalah kompetisi diantara saudara kandung untuk
mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya. Sibling rivalry bisa
berwujud kecemburuan, persaingan dan juga pertengkaran.
Biasanya, sibling rivalry terjadi karena anak merasa perhatian orang tua
padanya berkurang, sementara perhatian pada saudaranya berlebih.
Kebanyakan orang tua, akan membela dan melindungi anak yang lebih kecil
dan mungkin akan berkata “kakak kan udah gede, jadi…..”. Anak yang lebih
besar dapat beranggapan bahwa dirinyalah yang disalahkan, dirinya yang
harus mengalah, dirinya yang harus mengerti. Padahal belum tentu anak
yang lebih besar yang salah.
Kakak dan adik, jika berdekatan sering bertengkar, jika berjauhan saling
mencari. Diperlukan perhatian lebih dari orang tua saat anak-anaknya
bertengkar. Mendamaikan mereka, mencari tahu penyebab pertengkaran atau
siapa yang memulai pertengkaran. Memberi hukuman (jika di perlukan) pada
pihak yang bersalah untuk memberikan efek jera. Mengajarkan untuk
meminta maaf pada anak yang bersalah, mengajarkan memberi maaf pada anak
yang berada di pihak yang benar.
Pertengkaran pada anak bisa memberikan efek negatif sekaligus efek
positif jika orang tua mampu mengelola secara baik. Efek negatif bisa
berupa perasaan kesal dan dikucilkan pada si anak, jika orang tua terus
menyalahkan dirinya dan membela saudaranya. Efek positif bisa berupa
kemampuan anak untuk mengelola emosi dan menangani konflik, jika orang
tua dapat mendamaikan kedua anak yang bertengkar, mengajak mereka
berdiskusi serta menawarkan solusi terbaik bagi mereka berdua. Maka
anak-anak akan belajar untuk mengatasi perbedaan diantara mereka.
***
Persaingan dan pertengakaran itu hal yang biasa. Namun kita dapat
meminimalisir hal ini. Bukankah akan lebih nyaman jika kita pulang kerja
mendapati anak-anak rukun bermain bersama, dibanding mendapati mereka
bertengkar, saling mengadu bahkan menangis?
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi sibling rivalry diantara anak-anak :
- Tidak membandingkan satu anak dengan lainnya. Hal ini tentu saja susah, apalagi jika emosi kita sedang naik karena beban pekerjaan di kantor maupun di rumah. Sebaiknya tinggalkan semua beban pekerjaan di kantor, jangan di bawa ke rumah. Di rumah adalah waktunya untuk keluarga.
- Mengajari anak-anak untuk saling bekerja sama. Hal ini tentu harus diajarkan sedari mereka kecil
- Memastikan bahwa setiap anak mendapatkan perhatian dan waktu kebersamaan yang cukup dari kedua orang tuanya
- Jangan langsung ikut campur tangan jika melihat ada tanda-tanda pertengkaran pada anak. Biarkan anak belajar menangani sendiri konflik diantara mereka. Anak-anak mudah bertengkar dan mudah pula untuk berdamai kembali.
- Dalam mendamaikan anak-anak yang terlibat konflik, jangan langsung menuduh dan menyalahkan salah satu anak.
- Kesabaran dan contoh perilaku positif sehari-hari dari orang tua adalah pendidikan terbaik untuk mengatasi sibling rivalry. Karena anak-anak adalah peniru ulung, dan orang pertama yang ditiru adalah kedua orang tuanya
Mengatasi Anak yang Suka Memukul
Sumber
Pernahkan Anda marah karena ulah anak suka memukul
temannya? Memarahi si kecil mungkin dilakukan untuk memberikan efek
jera agar ia tidak melakukannya lagi. Hal yang perlu Anda ketahui adalah
perilaku anak biasanya merupakan upayanya untuk mengungkapkan perasaan
dan keinginannya.
Tapi mengapa harus memukul? Anak yang masih balita, terkadang memang
mengeluarkan perilaku agresif seperti menggigit, menendang, mencakar,
sampai memukul. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan keinginannya yang
tidak terpenuhi atau merasa tidak aman.
Dengan perbendaharaan kata yang masih terbatas, maka tidak heran jika
si kecil mengungkapkannya melalui perilaku. Para ahli mengatakan,
memukul merupakan reaksi alami ketika seseorang merasa marah atau kesal.
Begitu pula yang dialami oleh balita Anda.
Tapi jangan sampai membiasakan si kecil dengan perilakunya tersebut.
Bisa-bisa si kecil hanya tahu memukul untuk mengungkapkan perasaan dan
keinginannya. Hal ini tentunya akan berdampak pada sekitarnya. Bisa saja
ia jadi dijauhi oleh teman-temannya.
Jika Anda mendapati si kecil suka memukul, jangan Anda justru memukul
atau membentaknya. Berilah nasehat saat ia hendak memukul temannya,
katakan Anda tidak suka dengan perilakunya. Alihkan perhatiannya.
Cobalah bicara dari hati ke hati dengan si kecil. Saat ia tenang,
tanyakan apa yang kerap kali membuatnya marah dan memukul temannya.
Ajari ia untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya dengan kata-kata,
bukan pukulan.
Dampingilah setiap kali si kecil bermain. Perhatian Anda akan
membantunya menjadi anak yang baik. Hindari memukul anak untuk
membuatnya jera. Karena hal itu bisa saja dijadikan contoh anak suka memukul temannya.